
Hari itu Lili dan Mbok Nah berdua saja di rumah. Orang tua Lili masih bekerja di kantor. Kakak-kakaknya belum pulang dari kuliah. Teman mainnya sedang sakit. Tetangganya sedang pergi ke rumah saudaranya.
Lili mulai mengeluh bosan. Semua PR sudah selesai dikerjakan. Usul Mbok Nah supaya Lili tidur siang saja ditolak mentah-mentah oleh Lili karena dia tidak mengantuk.
Tiba-tiba Lili mendapat ide. Dia masuk ke kamar ibunya dan menelepon neneknya. Mereka bercakap-cakap dan Lili mulai mengeluhkan rasa bosannya.
“Nek, kalau tiap hari begini, lama-lama Lili bisa mati,” keluh Lili. “Bosannya setengah mati! Tak ada siapa-siapa di rumah!”
“Wah, wah… jangan sebut-sebut mati,” ujar Nenek. “Bosan itu penyakit yang paling mudah diobati. Lihat saja Nenek, sudah setua ini tidak pernah bosan.”
Lili berkilah Nenek tak pernah bosan karena di rumahnya banyak cucu dan selalu ramai. Tapi kata Nenek selalu sepi itu tidak enak, selalu ramai itu juga tidak enak. Akhirnya Nenek memutuskan untuk datang mengunjungi Lili dan membawakan obat bosan.
Lili senang mendengar itu. Dia tak sabar menunggu Nenek datang. “Semoga obatnya tidak berbentuk pil,” pikir Lili.Lili kembali mendatangi Mbok Nah dan menceritakan bahwa Nenek akan datang membawa obat bosan.
Mbok Nah tertawa menggeleng-gelengkan kepala. “Obat bosan itu apa, to? Ada juga obat batuk, obat sakit perut, obat flu. Kalau Mbok bosan, obatnya gampang. Setel saja kaset dangdut. Hilang sudah semua bosan!”
Sekarang giliran Lili yang tertawa mendengar Mbok Nah. Mbok Nah bilang cara orang mengusir bosan beda-beda. “Lihat saja nanti Nenek bawa apa,” kata Mbok Nah.
Empat puluh menit kemudian, Nenek datang. Lili menyambutnya dengan gembira. Nenek kemudian mengeluarkan obat bosan yang dibawanya. “Yaaa, obat bosannya buku,” ujar Lili kecewa. “Lili kan malas baca buku!”
“Hei, kamu belum tahu nikmatnya membaca buku, ya!” kata Nenek. “Kalau sudah senang, pasti kamu tidak akan pernah bosan lagi. Nih, coba baca buku yang Nenek pilihkan.”
Meski agak malas, Lili menuruti kata Nenek. Dia mulai membaca buku yang banyak ilustrasinya dan kalimat pendek. “Eh, ternyata menarik juga, ya,” pikir Lili dalam hati.
Nenek tersenyum dan berkata pada Lili, “Kamu itu sudah kelas 4. Sayang sekali kamu belum mengenal banyak buku. Sudah seharusnya perpustakaan sekolah itu dimanfaatkan,” ujar Nenek.
Sejak hari itu, Nenek membimbing Lili agar membaca buku secara bertahap hingga sampai ke buku yang banyak teksnya.
Satu bulan berlalu, Lili tidak perlu menunggu Nenek membawakan buku lagi. Ia sudah bisa memilih sendiri buku yang ingin dibacanya. Dan yang paling penting, Lili sudah mendapatkan obat bosan paling ampuh dari Nenek, hingga seumur hidup dia tak akan pernah bosan lagi.
Cerita: Widya Suwarna untuk bobo.grid.id